PERKEMBANGAN DUNIA ISLAM
A. Kejayaan Islam Abad
VII – X di Bagdad dan Cordova
Kejayaan Islam Abad VII – X, ditandai kebesaran
Dinasti Abbasyiyah dan Umaiyah Andalusia.
1. Dinasti Abbasyiyah di Bagdad
Dinasti ini didirikan oleh Abdul Abbas As Saffah
dari keturuan Abbas bin Abdul Muthalib dengan Bagdad sebagai pusat
kekhalifahan.
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan
politik itu, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas
menjadi lima periode:
1. Periode
Pertama (132 H/750 M-232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama
2. Periode Kedua
(232 H/847 M-334 H/945 M), disebut pereode pengaruh Turki pertama
3. Periode Ketiga
(334 H/945 M-447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan
khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua
4. Periode
Keempat (447 H/1055 M-590 H/l194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam
pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh
Turki kedua
5. Periode Kelima
(590 H/1194 M-656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain,
tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad.
Pada periode
pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para
khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan
agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat
tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan
filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir,
pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat
dan ilmu pengetahuan terus berkembang. Masa pemerintahan Abu al-Abbas, pendiri
dinasti ini sangat singkat, yaitu dari tahun 750-754 M. karena itu, pembina
sebenarnya dari daulat Abbasiyah adalah Abu Ja’far al-Manshur (754-775 M). Dia
dengan keras menghadapi lawan-lawannya dari Bani Umayyah, Khawarij, dan juga
Syi’ah yang merasa dikucilkan dari kekusaan. Untuk mengamankan kekuasaannya,
tokoh-tokoh besar yang mungkin menjadi saingan baginya satu per satu
disingkirkannya. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali, keduanya adalah pamannya
sendiri yang ditunjuk sebagai gubernur oleh khalifah sebelumnya di Syria dan
Mesir, karena tidak bersedia membaiatnya, dibunuh oleh Abu Muslim al- Khurasani
atas perintah Abu Ja’far. Abu Muslim sendiri karena dikhawatirkan akan menjadi
pesaing baginya, dihukum mati pada tahun 755 M 2. Pada mulanya ibu kota negara
adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga
stabilitas negara yang baru berdiri itu, al- Mansyur memindahkan ibu kota
negara ke kota yang baru dibangunnya, Bagdad, dekat bekas ibu kota Persia,
Clesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas
berada di tengah-tengah bangsa Persia. Di ibu kota yang baru ini al- Manshur
melakukan konsolidasi dan Penertiban pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah
personal untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif. Di bidang
pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir sebagai
koordinator departemen, Wazir pertama yang diangkat adalah Khalid bin Barmak,
berasal dari Balkh, Persia. Dia juga membentuk lembaga protokol negara,
sekretaris negara, dan kepolisian negara disamping membenahi angkatan
bersenjata. Dia menunjuk Muhammad ibn Abdurrahman sebagai hakim pada lembaga
kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti Bani Umayyah
ditingkatkan perananya dengan tambahan tugas. Kalau dulu hanya sekedar untuk
mengantar surat.
Pada masa
al-Manshur, jawatan pos ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi di
daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Para
direktur jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada
khalifah. Khalifah al-Manshur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang
sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan di
daerah perbatasan. Diantara usaha-usaha tersebut adalah merebut benteng-benteng
di Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia dan Cicilia pada tahun 756-758 M. Ke
utara bala tentaranya melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosporus.
Di pihak lain, dia berdamai dengan kaisar Constantine V dan selama genjatan
senjata 758-765 M, Bizantium membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga
berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut Kaspia,
Turki di bagian lain Oksus dan India.
Abu Jafar Al Mansur adalah khalifah yang
mengawali pembangunan kota Bagdad sebagai pusat kekhalifahannya pada tahun 762
M. beliau merupkan khalifah Dinasti Abbasyiyah yang kedua. Al Mansur adalah
tokoh yang dengan keras mendorong para cendekiawan untuk menyusun buku-buku
ilmiah dan menterjemahkan buku-buku Yunani Kuno. Bagi siapapun yang berhasil
menyalin buku-buku tersebut ke dalam Bahasa Arab maupun Bahasa Parsi, tanpa
membedakan-bedakan latar belakangnya akan diberikan imbalan (royalty) yaitu
berupa emas murni seberat timbangan buku hasil terjemahan mereka.
Perkembangan Dinasti Abbasyiyah mencapai
puncaknya ketika kekuasaan dipegang oleh Harun Al Rasyid (786-809 M), seorang
khalifah yang kemasyhuran dan kecemerlangannya dapat disejajarkan dengan
Khalifah Umar bin Abdul Azis dari Dinasti Umaiyah. Dalam suasana semaraknya
ilmu pengetahuan dunia Islam, lahirlah tokoh-tokoh cendekiawan muslim, antara
lain:
a.
Al Kindi
Abu yusuf ya’kub Al-Kindi adalah dikenal
sebagai filsuf pertama yang lahir dari kalangan Islam, Nasabnya sampai pada
Qahthan berdarah Arab asli. Semasa hidupnya, selain bisa berbahasa Arab, ia
mahir berbahasa Yunani. Dia juga salah seorang ilmuwan besar muslim dalam
bidang kedokteran dan pemilik salah satu pemikiran terbesar yang dikenal
sepanjang peradaban manusia.
Al-Kindi dilahirkan di Kufah, ayahnya adalah
seorang pejabat pemerintahan pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid. Dia dipanggil
dengan Al-Kindi karena dihubungkan dengan kabilahnya, yaitu kabilah Arab
Kindah. Dia dijuluki filsuf Arab karena dialah filsuf muslim pertama.
Barangkali juga karena dialah satu-satunya diantara sekian banyak filsuf muslim
yang tidak diragukan kearabannya. Perlu disebutkan bahwa berbagai literatur
Barat telah menyelewengkan namanya menjadi Alchendius, sekalipun literatur
Barat saat ini menulis dengan namanya yang benar, yaitu Al-Kindi.
b.
Ibnu Sina (Avicena)
Nama latin Ibn Sina adalah Avicanna, beliau
adalah ahli ilmu kedokteran dan filsafat. Karya besarnya dalam bidang
kedokteran adalah al-Qanun fi al-Thib. Buku ini selama lima abad menjadi buku
pegangan di universitas-universitas di Eropa. Selain itu, beliau juga memiliki
karya iliah pada bidang logika, matematika, astronomi, fisika, mineralogy,
ekonomi,dan politik.
c.
Abu Ali Al Hasan
Ali Muhammad Al-Hassan Al-Haitham atau Alhazen
merupakan kelahiran Iraq. Alhazen dilahirkan di Al-Basrah pada tahun 354
Hijriah atau 965 Masehi dan meninggal pada tahun 1039 Masehi di Kairo, Mesir.
Alhazen merupakan ahli sains, matematika, filosofi, astronomi, dan polimath
dari masa ke-emasan Kekaisaran Islam.
Karya dan hasil penelitian beliau merupakan rujukan dan dasar untuk
penelitian-penelitian serupa di Eropa dan Barat sama seperti ibnu sina
dan Gabert yang karya dan hasil penelitiannya menjadi rujukan di dunia
Barat.
Bahkan penelitian beliau tentang optik telah menjadi ilham bagi
ilmuwan barat seperti Kepler dan Roger Bacon dalam membuat Teleskop dan Mikroskop.
Yang mana dalam teleskop dan mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat
benda-benda yang sulit dilihat oleh mata. Berikut Biografi, Karya-Karya Abu Ali
Muhammad Al-Hassan Al-Haitaham (Al-Hazen), dan Kontribusinya bagi Sains dan
ilmu pengetahuan.
d.
Muhammad Ibnu Musa Al Khawarismi
Beliau dikenal sebagai Penemu Aljabar dan Angka
Nol. Nama Asli dari Al-Khawarizmi ialah Muhammad Ibn Musa al-khawarizmi. Selain
itu beliau dikenali sebagai Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusoff.
Al-Khawarizmi dikenal di Barat sebagai al-Khawarizmi, al-Cowarizmi,
al-Ahawizmi, al-Karismi, al-Goritmi, al-Gorismi dan beberapa cara ejaan lagi.
Ia dikenal sebagai penemu dari Aljabar dan juga angka nol. Beliau dilahirkan di
Bukhara.Tahun 780-850M adalah zaman kegemilangan al-Khawarizmi. al-Khawarizmi
telah wafat antara tahun 220 dan 230M. Ada yang mengatakan al-Khawarizmi hidup
sekitar awal pertengahan abad ke-9M. Sumber lain menegaskan beliau hidup di
Khawarism, Usbekistan pada tahun 194H/780M dan meninggal tahun 266H/850M di
Baghdad.
Dalam pendidikan telah dibuktikan bahawa al-Khawarizmi adalah seorang tokoh Islam yang berpengetahuan luas. Pengetahuan dan keahliannya bukan hanya dalam bidang syariat tapi di dalam bidang falsafah, logika, aritmatika, geometri, musik, ilmu hitung, sejarah Islam dan kimia
Dalam pendidikan telah dibuktikan bahawa al-Khawarizmi adalah seorang tokoh Islam yang berpengetahuan luas. Pengetahuan dan keahliannya bukan hanya dalam bidang syariat tapi di dalam bidang falsafah, logika, aritmatika, geometri, musik, ilmu hitung, sejarah Islam dan kimia
e.
Jabir Abu Musa Ibnu Haiyan
Abu Musa Jabir bin Hayyan juga dikenal sebagai
Geber, adalah seorang tokoh Muslim polymath : ahli kimia dan alkemis, astronom
dan astrolog, insinyur, ahli geografi, filsuf, fisikawan, dan apoteker dan
dokter. Lahir dan dididik di Tus, ia kemudian melakukan perjalanan ke Kufah dan
ayahnya berasal dari Suriah ( Bilad al-Sham ).
Kontribusi terbesar Jabir adalah dalam bidang kimia. Keahliannya ini didapatnya dengan ia berguru pada Barmaki Vizier, pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid di Baghdad. Ia mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis di dalam penelitian kimia, sehingga setiap eksperimen dapat direproduksi kembali. Jabir menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga dapat dianggap Jabir telah merintis ditemukannya hukum perbandingan tetap.
Kontribusi lainnya antara lain dalam penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi dan penguapan serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses tersebut.
Beberapa penemuan Jabir Ibn Hayyan diantaranya adalah: asam klorida, asam nitrat, asam sitrat, asam asetat, tehnik distilasi dan tehnik kristalisasi. Dia juga yang menemukan larutan aqua regia (dengan menggabungkan asam klorida dan asam nitrat) untuk melarutkan emas.
Jabir Ibn Hayyan mampu mengaplikasikan pengetahuannya di bidang kimia kedalam proses pembuatan besi dan logam lainnya, serta pencegahan karat. Dia jugalah yang pertama mengaplikasikan penggunaan mangan dioksida pada pembuatan gelas kaca.
Jabir Ibn Hayyan juga pertama kali mencatat tentang pemanasan wine akan menimbulkan gas yang mudah terbakar. Hal inilah yang kemudian memberikan jalan bagi Al-Razi untuk menemukan etanol.
Kontribusi terbesar Jabir adalah dalam bidang kimia. Keahliannya ini didapatnya dengan ia berguru pada Barmaki Vizier, pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid di Baghdad. Ia mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis di dalam penelitian kimia, sehingga setiap eksperimen dapat direproduksi kembali. Jabir menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga dapat dianggap Jabir telah merintis ditemukannya hukum perbandingan tetap.
Kontribusi lainnya antara lain dalam penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi dan penguapan serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses tersebut.
Beberapa penemuan Jabir Ibn Hayyan diantaranya adalah: asam klorida, asam nitrat, asam sitrat, asam asetat, tehnik distilasi dan tehnik kristalisasi. Dia juga yang menemukan larutan aqua regia (dengan menggabungkan asam klorida dan asam nitrat) untuk melarutkan emas.
Jabir Ibn Hayyan mampu mengaplikasikan pengetahuannya di bidang kimia kedalam proses pembuatan besi dan logam lainnya, serta pencegahan karat. Dia jugalah yang pertama mengaplikasikan penggunaan mangan dioksida pada pembuatan gelas kaca.
Jabir Ibn Hayyan juga pertama kali mencatat tentang pemanasan wine akan menimbulkan gas yang mudah terbakar. Hal inilah yang kemudian memberikan jalan bagi Al-Razi untuk menemukan etanol.
f.
Ibnu Bitar
Nama lengkapnya Abu Muhammad Abdallah Ibn Ahmad
Ibn al-Baitar Dhiya al-Din al-Malaqi (ابن
البيطار). Namun salah satu ilmuwan Muslim terbaik yang pernah ada ini
lebih dikenal sebagai Ibnu Al-Baitar/Al-Baytar. Dia dikenal sebagai ahli botani
(tetumbuhan) dan farmasi (obat-obatan) pada abad pertengahan. Dilahirkan pada
akhir abad 12 di kota Malaga (Spanyol), Ibnu Al-Baitar menghabiskan masa
kecilnya di tanah Andalusia tersebut.
Minatnya pada tumbuh-tumbuhan sudah tertanah semenjak kecil. Beranjak dewasa, dia pun belajar banyak mengenai ilmu botani kepada Abu al-Abbas al-Nabati yang pada masa itu merupakan ahli botani terkemuka. Setelah belajar pada Ibn Al-Rumeyya, ia menguasai tiga bahasa sekaligus, Spanyol, Yunani, dan Suriah. Berbekal kemampuan berbahasa inilah, ia mengadakan perjalanan ke beberapa negara untuk mengembangkan ilmu yang diminatinya, botani. Dari sinilah, al-Baitar pun lantas banyak berkelana untuk mengumpulkan beraneka ragam jenis tumbuhan.
g.
Al Biruni
Ilmuwan kondang itu bernama
lengkap Abu Rayhan Muhammed Ibnu Ahmad Al-Biruni. Dia terlahir menjelang terbit
fajar pada 4 September 973 M di kota Kath – sekarang adalah kota Khiva – di
sekitar wilayah aliran Sungai Oxus, Khwarizm (Uzbekistan). Sejarah masa
kecilnya tak terlalu banyak diketahui. Dalam biografinya, Al-Biruni mengaku
sama sekali tak mengenal ayahnya, hanya sedikit mengenal tentang kakeknya.
Selain menguasai beragam ilmu
pengetahuan, Al-Biruni juga fasih sederet bahasa seperti Arab, Turki, Persia,
Sansekerta, Yahudi, dan Suriah. Al-Biruni muda menimba ilmu matematika dan
Astronomi dari Abu Nasir Mansur. Menginjak usia yang ke-20 tahun, Al-Biruni
telah menulis beberapa karya di bidang sains. Dia juga kerap bertukar pikiran
dan pengalaman dengan Ibnu Sina – ilmuwan besar Muslim lainnya yang begitu
berpengaruh di Eropa.
”Dia adalah salah satu
ilmuwan terbesar dalam seluruh sejarah manusia.” Begitulah AI Sabra menjuluki
Al-Biruni — ilmuwan Muslim serba bisa dari abad ke-10 M. Bapak Sejarah Sains
Barat, George Sarton pun begitu mengagumi kiprah dan pencapaian Al-Biruni dalam
beragam disiplin ilmu. ”Semua pasti sepakat bahwa Al-Biruni adalah salah
seorang ilmuwan yang sangat hebat sepanjang zaman,” cetus Sarton.
Bukan tanpa alasan bila
Sarton dan Sabra mendapuknya sebagai seorang ilmuwan yang agung. Sejatinya,
Al-Biruni memang seorang saintis yang sangat fenomenal. Sejarah mencatat,
Al-Biruni sebagai sarjana Muslim pertama yang mengkaji dan mempelajari tentang
seluk beluk India dan tradisi Brahminical. Dia sangat intens mempelajari
bahasa, teks, sejarah, dan kebudayaan India.
Kerja keras dan keseriusannya
dalam mengkaji dan mengeksplorasi beragam aspek tentang India, Al-Biruni pun
dinobatkan sebagai ‘Bapak Indologi’ — studi tentang India. Tak cuma itu,
ilmuwan dari Khawarizm, Persia itu juga dinobatkan sebagai ‘Bapak Geodesi’. Di
era keemasan Islam, Al-Biruni ternyata telah meletakkan dasar-dasar satu cabang
keilmuan tertua yang berhubungan dengan lingkungan fisik bumi.
Selain itu, Al-Biruni juga
dinobatkan sebagai ‘antropolog pertama’ di seantero jagad. Sebagai ilmuwan yang
menguasai beragam ilmu, Al-Biruni juga menjadi pelopor dalam berbagai metode
pengembangan sains. Sejarah sains mencatat, ilmuwan yang hidup di era kekuasaan
Dinasti Samanid itu merupakan salah satu pelopor merote saintifik
eksperimental.
Dialah ilmuwan yang bertanggung
jawab untuk memperkenalkan metode eksperimental dalam ilmu mekanik. Al-Biruni
juga tercatat sebagai seorang perintis psikologi eksperimental. Dia juga
merupakan saintis pertama yang mengelaborasi eksperimen yang berhubungan dengan
fenomena astronomi. Sumbangan yang dicurahkannya untuk pengembangan ilmu
pengetahuan sungguh tak ternilai.
Al-Biruni pun tak hanya
menguasai beragam ilmu seperti; fisika, antropologi, psikologi, kimia,
astrologi, sejarah, geografi, geodesi, matematika, farmasi, kedokteran, serta
filsafat. Dia juga turun memberikan kontrbusi yang begitu besar bagi setiap
ilmu yang dikuasainya itu. Dia juga mengamalkan ilmu yang dikuasainya dengan
menjadi seorang guru yang sangat dikagumi para muridnya.
h.
Al Fazari
Abu abdallah Muhammad bin Ibrahim al-Fazari
(meninggal 796 atau 806) adalah seorang filsuf, matematikawan dan astronom
Muslim. Ia banyak menterjemahkan buku-buku sains ke dalam bahasa Arab dan
Persia. Ia juga merupakan astronom muslim pertama yang membuat astrolobe, alat untuk
mengukur tinggi bintang. Ia pernah mendapat tugas untuk menterjemahkan ilmu
angka dan ilmu hitung, serta ilmu astronomi India yang bernama Sind Hind, oleh
khalifah Al Mansyur dari Abbasiyah.
Ayahnya bernama Ibrahim Al-Fazari yang juga seorang astronom dan matematikawan. Beberapa sumber menyebut dia sebagai seorang Arab, sumber lain menyatakan bahwa ia adalah seorang Persia. Al Farazi menetap serta berkarya di Baghdad, Irak, ibu kota kekhalifahan Abbasiyah.
Muhammad bin Ibrahim al-Fazari bersama ayahnya, Ibrahim al fazari, merupakan seorang ahli matematika dan astronom di istana kekhalifahan Abbasiya, di era khalifah harun al Rasyid. Ia menyusun berbagai jenis penulisan astronomi.
Bersamaan dengan Ya’qub ibn Thariq dan ayahnya, ia membantu menterjemahkan teks astronomi India oleh Brahma gupta (abad 7 M), Brahma Sphuta Siddhanta, ke dalam bahasa Arab sebagai Az jiz ala Sini al Arab atau kitab Sindhind. Terjemahan ini dimungkinkan sebagai saran penting dalam tranmisi angka hindu dari India ke dalam Islam.
Ayahnya bernama Ibrahim Al-Fazari yang juga seorang astronom dan matematikawan. Beberapa sumber menyebut dia sebagai seorang Arab, sumber lain menyatakan bahwa ia adalah seorang Persia. Al Farazi menetap serta berkarya di Baghdad, Irak, ibu kota kekhalifahan Abbasiyah.
Muhammad bin Ibrahim al-Fazari bersama ayahnya, Ibrahim al fazari, merupakan seorang ahli matematika dan astronom di istana kekhalifahan Abbasiya, di era khalifah harun al Rasyid. Ia menyusun berbagai jenis penulisan astronomi.
Bersamaan dengan Ya’qub ibn Thariq dan ayahnya, ia membantu menterjemahkan teks astronomi India oleh Brahma gupta (abad 7 M), Brahma Sphuta Siddhanta, ke dalam bahasa Arab sebagai Az jiz ala Sini al Arab atau kitab Sindhind. Terjemahan ini dimungkinkan sebagai saran penting dalam tranmisi angka hindu dari India ke dalam Islam.
i.
Al Mas’udi
Al-Mas’udi dikenal sebagai sejarawan dan ahli
geografi Arab. Ia dilahirkan di Baghdad, Irak, pada akhir abad XIX. Nama
lengkapnya adalah Abu al-Hasan Ali bin Husein Ibnu Ali Mas’udi. Setelah
menyelesaikan pendidikan dasarnya, al-Mas’udi tertarik mempelajari sejarah dan
adat-istiadat masyarakat suatu tempat. Hal inilah yang mendorongnya untuk
mengembara dari satu negeri ke negeri lain, mulai dari Persia, Istakhr, Multan,
Manura, Ceylon, Madagaskar, Oman, Caspia, Tiberias, Damaskus, Mesir, dan berakhir
di Suriah. Dalam pengembaraannya, al-Mas’udi mempelajari ajaran Kristen dan
Yahudi, serta sejarah negara-negara Barat dan Timur.
j.
Maulana Jalaludin Ar Rumi
Jalaluddin Rumi adalah
seorang tokoh sufi yang cukup tersohor dijamannya. Karya-karya dan ajaran-ajaran
beliau tak pernah lekang oleh waktu. Beliau memang bukan sekadar penyair,
Jalaluddin Rumi adalah guru nomor satu tarekat Maulawiah — sebuah tarekat yang
berpusat di Turki dan berkembang meluas di daerah sekitarnya. Tarekat tersebut
pernah mempunyai pengaruh yang besar dalam lingkungan Istana Kekhalifahan Turki
Utsmani dan kalangan seniman pada sekitar tahun l648.
Sebagai seorang yang telah
terbuka mata batinnya, Jalaluddin Rumi sangat menentang pendewa-dewaan logika
dan indera dalam menentukan kebenaran hakiki, yang mana penyakit tersebut telah
menjangkiti sebagian besar ummat Islam pada masa hidup beliau.
Bagi sebagian orang yang berpedoman bahwa akal (logika) adalah segalanya, kebenaran baru dianggap benar bila mampu digapai oleh indera dan akal. Sedangkan segala sesuatu yang tidak dapat dimengerti, dicerna, dan dipahami oleh indera dan akal, akan segera mereka ingkari dan tidak mengakui.
Bagi sebagian orang yang berpedoman bahwa akal (logika) adalah segalanya, kebenaran baru dianggap benar bila mampu digapai oleh indera dan akal. Sedangkan segala sesuatu yang tidak dapat dimengerti, dicerna, dan dipahami oleh indera dan akal, akan segera mereka ingkari dan tidak mengakui.
k.
Abu Hamid Muhammad Al Ghazali
Dialah Muhammad Bin Muhammad Bin Muhammad Abu
Hamid Al-Ghazali Al-Mujtahid Al-Faqih Al-Ushuli Al-Mutakallim Ath-Thusi
Asy-Syafi'i. Beliau dilahirkan pada tahun 450 H. Al-Ghazali mempunyai seorang
ayah yang soleh sufi menjaga hati dan tangannya untuk melakukan yang halal.
Sebelum ayahnya meninggal beliau berwasiat kepada temannya yang sholeh juga
sufi untuk menjaga putranya yang bernama abu hamid Al-Ghazali sama saudaranya
yang bernama Ahmad Al-Ghazali.
Setelah beranjak beberapa tahun berlalu, uang dan bekal yang dititipkan sang ayah untuk Imam Al-Ghazali dan saudaranya Imam Ahmad Al-Ghazali akhirnya habis juga sehingga mereka berdua terpaksa disekolahkan di Madrasah Nidzomiyah di Baghdad, Iraq. Setelah Al-Ghazali mengusai segala bidang ilmu, baik dalam Ilmu Fiqih, ilmu Jidal (debat ilmiah), Ilmu Ushul dan Filsafat. Akkhirnya Al-Ghazali memilih jalan Shufi dan beliau menuju ke negara Syam untuk 'Uzlah (menjauh dari hiruk pikuk) serta Kholwah (menyendiri) di Menara Masjid
Setelah beranjak beberapa tahun berlalu, uang dan bekal yang dititipkan sang ayah untuk Imam Al-Ghazali dan saudaranya Imam Ahmad Al-Ghazali akhirnya habis juga sehingga mereka berdua terpaksa disekolahkan di Madrasah Nidzomiyah di Baghdad, Iraq. Setelah Al-Ghazali mengusai segala bidang ilmu, baik dalam Ilmu Fiqih, ilmu Jidal (debat ilmiah), Ilmu Ushul dan Filsafat. Akkhirnya Al-Ghazali memilih jalan Shufi dan beliau menuju ke negara Syam untuk 'Uzlah (menjauh dari hiruk pikuk) serta Kholwah (menyendiri) di Menara Masjid
l.
Rabi’ah Al adawiyah Rabi’ah al-Adawiyah adalah seorang sufi wanita
yang nama dan ajaran-ajarannya telah memberi inspirasi bagi para pecinta Ilahi.
Rabi’ah adalah seorang sufi legendaries. Sejarah hidupnya banyak diungkap oleh
berbagai kalangan, baik di dunia sufi maupun akademisi. Rabi’ah adalah sufi
pertama yang memperkenalkan ajaran Mahabbah (Cinta) Ilahi, sebuah jenjang
(maqam) atau tingkatan yang dilalui oleh seorang salik (penempuh jalan Ilahi).
Selain Rabi’ah al-Adawiyah, sufi lain yang memperkenalkan ajaran mahabbah
adalah Maulana Jalaluddin Rumi, sufi penyair yang lahir di Persia tahun 604
H/1207 M dan wafat tahun 672 H/1273 M. Jalaluddin Rumi banyak mengenalkan
konsep Mahabbah melalui syai’ir-sya’irnya, terutama dalam Matsnawi dan Diwan-i
Syam-I Tabriz.
2. Dinasti Umaiyah Andalusia di
Cordova
Di Belahan Barat berdiri dengan megahnya
Khalifah Umaiyah (757 – 1492 M) yang berpusat di Cordova Spanyol. Kekhalifahan
diawali masuknya pasukan Islam pimpinan Thariq Ibnu Ziyyad tahun 711 M
menaklukkan kerajaan Visighotic yang diperintah raja Roderick. Di bawah
kekhalifahan Abdur Rahman II kekuasaan Islam Andakusia meluas dengan
pemerintahan yang kuat.
Pemerintahan Andalusia oleh Khalifah Hakkam II
Al Muntanshir (61 M) memberi perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan.
Khalifah ini mengeluarkan biaya besar untuk mendorong pertumbuhan ilmu
pengetahuan. Cara yang dilakukannya antara lain membeli buku-buku ilmiah dari
Bagdad. Kemudian Cordova mulai dikenal sebagai pusat kebudayaan dan ilmu
pengetahuan. Banyak perpustakaan yang sarat dengan buku-buku yang mecakup
segala bidang. Bukan hanya buku keagamaan, tetapi juga bukubuku umum seperti
filsafat, ilmu falak, matematika, kedokteran, kebudayaan dan kesenian.
Pada masa Dinasti Umaiyah inilah lahirlah
sekian banyak intelektual muslim yang sangat harum namanya. Diantaranya adalah
Ibnu Bahjah, Ibnu Tufail dan ibnu Rusyd. Ibnu Rusyd (1126 – 1198 M) dikenal
sebagai seorang dokter dengan karyanya yang terkenal di dunia barat “Colliget”
atau “Kitabul Kulliyat”. Cendekian Muslim lainnya yang perlu dicermati adalah
Ibnu Khaldun. Beliau lahir di Tunisia sekitar abad IX dan ahli di bidang
sosiologi. Demikian pula nama Muhyiddin Ibnul Arabi, filosuf dan sufi yang
agung dari Spanyol dan Al Iraqi.
B. Kemunduran
Islam Abad XI - XVIII
Masa-masa kejayaan Islam yang telah berjalan
lama, akhirnya mengalami kemunduran juga. Firman Allah QS. Ali Imran [3] ayat
140 sangat tepat menggambarkan dunia Islam pada saat itu. Secara tegas
dinyatakan bahwa kehidupan manusia, baik secara perorangan maupun secara
kelompok pasti mengalami masa pasang surut. Ayat tersebut artinya: “ Jika
kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, Maka Sesungguhnya kaum (kafir) itupun
(pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. dan masa (kejayaan dan
kehancuran) itu kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat
pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan
orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai)
syuhada'[231]. dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.”
[231] Syuhada' di sini ialah
orang-orang Islam yang gugur di dalam peperangan untuk menegakkan agama Allah.
sebagian ahli tafsir ada yang mengartikannya dengan menjadi saksi atas manusia
sebagai tersebut dalam ayat 143 surat Al Baqarah.
Berbagai krisis yang melanda dunia Islam,
gejala-gejalanya telah Nampak sejak abad XI M. Beberapa faktor yang menyebabkan
kemunduran dunia Islam antara lain sebagai berikut:
1. akibat
wahn yaitu cinta dunia dan takut mati
dampaknya:
1. Melemahkan Iman dan
semangat Jihad Fii sabilillah.
2. Dakwah Islam berhenti
3. Ukhuwah Islamiyah
melemah
4. Individualisme dan Hedonisme merajalela
5. Bodoh
6. Gap antara si Kaya dan si Miskin melebar
7. Perebutan kekuasaan dengan menghalalkan
segala cara
2. multi krisis
terdiri atas :
a. krisis keagamaan
·
Lemah iman dan semangat juang
·
sikap KULTUS individu berlebihan
·
taqlid buta (hilangnya sikap kritis dan
korektif thdp umara dan ulama)
·
Ijtihad melemah.
b. krisis sosial politik
·
Timbul perbedaan paham
·
perpecahan umat Islam
·
perebutan kekuasaan
·
Islam lemah
·
dijajah orang Kafir
·
umat
Islam tertindas, miskin dan terbelakang.
c. krisis ilmu pengetahuan
C. Latar Belakang Kebangkitan
Dunia Islam
Benih pembaruan dalam dunia Islam sesungguhnya
telah muncul di sekitar abad XIII M. Ketika itu dunia Islam tengah mengalami
kemunduran dalam berbagai bidang. Saat itu pula lahirlah Taqiyudin Ibnu
Taimiyah dan menjadi seorang muslim yang sangat peduli terhadap nasib Umat
Islam dengan mendapat dukungan dari murid beliau bernama Ibnu Qayyim Al
Jauziyah (891 – 751 M).
Kedua tokoh tersebut berusaha memurnikan ajaran
Islam (Tajdidu Fil Islam). Mereka ingin memurnikan Islam dari berbagai
keyakinan, sikap dan perbuatan yang merusak sendi-sendi Islam dan ingin
mengembalikan pemahaman agama Islam dan pengamalan Rasulullah SAW dan generasi
Salaf.
D. Kebangkitan Dunia
Islam dan Tokoh-Tokohnya
Perintis
Pembaharuan/Pemurnian Islam :
1. Ibnu Taimiyah
(1263-1328 M) dan
2. Ibnu Qoyyim Al
Jauziyah (1292-1350 M) Yang berasal dari Damaskus, Syiria.
Mereka berpendapat
bahwa “Hanya dengan kembali kepada al Qur’an dan Sunnah dalam segala aspek
kehidupan, umat Islam akan memperoleh kejayaan dan tidak akan tersesat
selamanya”.
Dalil Naqli
“Telah aku tinggalkan
untuk kamu dua perkara, yang apabila kamu berpegang teguh kepada kedua-nya kamu
tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu : Al Qur’an dan Sunnah” (Al-Hadits)
Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim menyerukan agar meninggalkan Taqlid, Bid’ah dan
Khurofat
1.
Kebangkitan Dunia Islam di Arab Saudi dan
Tokoh-Tokohnya
Saudi Arabia Dipelopori
oleh Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787 M) dengan gerakannya
Muwahidun/WAHABIYAH.
Pokok-pokok pemikiran:
a. Yang harus disembah
hanya Allah SWT. Yang menyembah selain Allah adalah Musyrik dan boleh dibunuh
b. Islam tidak membenarkan
tawasul
c. Bernadzar hanya
kepada Allah SWT
d. Sholat Jama’ah
hukumnya WAJIB.
e. Merokok hukumnya
HARAM
f. Umat Islam harus
hidup sederhana
2.
Kebangkitan Dunia Islam di Mesir dan
Tokoh-Tokohnya
Di Mesir Muncul gerakan
yang disebut SALAFIYAH / Muhyi Aksaris Salaf. Gerakan Salaf bermaksud
menggunakan dan menghidupkan lagi cara, sikap, faham, dan amalan para ulama
terdahulu (sahabat Nabi SAW dan Tabi’in yang salih) untuk menilai murni
tidaknya pengamalan agama Islam.
Dipelopori
oleh :
A. Jamaludin
Al Afghani (1838-1897 M)
Ciri gerakan beliau:
·
memilih perjuangan melalui Politik dan
kekuasaan, yang dianggap efektif u/ menegakkan syariat Islam.
·
Mendirikan perkumpulan Al-Urwah (ikatan yg
kuat)
·
menerbitkan majalah Al-Urwah Al-wusqa
B. Muhammad
Abduh (1849-1905 M)
·
Berjuang melalui Pendidikan
·
meningkatkan kemampuan dan kualitas
pemikiran sadar,dan rasional
·
Ijtihad ØIslam akan bangkit jika umat mau membekali
diri dgn semangat berkorban krn Allah semata
·
Cahaya Islam ditutupi o/ umat Islam
sendiri” Ø
·
Agama sejalan dg akal, tiada agama bagi yg tidak menggunakan akal
·
Pemikiran-pemikirannya dituangkan dalam
majalah Al-Urwah Al-Wusto dan Al-Manar. Juga dalam bukunya “Risalah At-Tauhid”.
C. Muhammad
Rasyid Ridho (1865-1935)
·
Beliau memadukan pemikiran kedua gurunya,
dilengkapi dengan konsep Sosial Budaya
·
kapanpun dan dimanapun Islam bisa menjadi
penentu dan pewarna dalam kehidupan masyarakat.
D.
Syaikh Hasan Al Bana mendirikan gerakan
Islam yang dinamakan “Ikhwanul Muslimin” pada abad XX tahun 1928 M di Mesir.
Lahir di Gharbiah Mesir tahun 1906. Ia hafal Al Quran pada umur 14 tahun. Pada
umur 16 tahun menjadi mahasiswa Universitas Darul Ulum. Namun ia mati terbunuh
secara misterius pada 12 Februari 1949.
Ciri gerakan ini adalah jauh dari pertentangan, pengaruh riya dan
kesombongan. Perhatian kepada kaderisasi mengutamakan amaliyah, produktif dan
serius pada dunia pemuda. Yang melahirkan banyak tokoh pemikir Islam, seperti
Sayyid Qutub, Yusuf Qardawi, Said Hawwa, Muhammad Al Ghazali, Musthafa
Mansur dan Abdullah Azam.
3.
Kebangkitan Dunia Islam di Turki dan
Tokoh-Tokohnya
1. Musthafa Kemal Attaturk
Kehancuran
Turki Utsmani Th 1918 setelah perang dunia I, seluruh wilayah Turki Ustmani,
kecuali Istanbul, lepas dari kekuasaan Kekhalifahan, berdasarkan “Konferensi
San Remo” di Perancis. Saat itulah muncul Mustafa Kamal Pasya, melakukan
Revolusi menggulingkan Kekhalifahan dan mendirikan Negara Republik Turki
Merdeka pd Th 1924. Berakhirlah masa kekhalifahan Islam.
Tiga
Pandangan Kamal : qWesternisme qSekulerisme qNasionalisme
Langkah-langkah
Kamal (Ataturk):
1. Mengusir semua tentara asing dari wilayah turki
2.
Memproklamirkan Negara Turki Merdeka, 3 Maret 1924
3.
Membentuk Majelis Kongres Nasional
4.
Menetapkan idiologi negara mjd Sekuler
Syariat
Islam dihapus,kekhalifahan dihapus ,Hukum Islam diganti hukum barat , Masjid dan Madrasah ditutup ,Agama Islam diganti Sekuler , Adzan harus menggunakan bahasa Turki ,Bahasa dan tulisan Arab diganti Latin , Pendidikan agama dihapuskan
Kemalisme
Effect
•
Muncul kesadaran untuk melawan ajaran Kemalisme
• Muncul Partai Demokrasi Turki (1950) yg
menyuarakan kebangkitan Islam
•
Muncul Partai Keadilan (1980) di bawah pimpinan Sulaiman Damril yg menentang
kemalisme dan mengembalikan ajaran Islam sbg agama negara.
Gelombang pembaruan Islam sampai pula ke Negara
Turki. Tokoh-tokoh yang pembaruan di sama adalah Tewfik (1867 – 1915 M), Dr.
Abdullah Jedwat (1869 – 1932 M), Mehmed Akif (1879 – 1936 M), Zia Gokalp (1875
– 1924) dan Musthafa Kemal Attaturk yang Ia lahir tahun 1881 di Selonika dan
meniggal tahun 1983 M). Dasar-dasar pemikiran Musthafa Kemal Attaturk ada 3 hal
yaitu Westernisme, Sekularisme dan Nasionalisme.
4. Kebangkitan Dunia
Islam di India/Pakistan dan Tokoh-Tokohnya
Ada 5 tokoh, yaitu Syah Waliyullah, Sir Sayyid
Ahmad Kahn, Sayyid Amir Ali, Muhammad Iqbal dan Muhammad Al Jinnah.
E. Muhammadiyah
Periode Awal
Pada periode awal merupakan masa perintisan,
pembentukan jiwa dan amal usaha serta organisasi. Muhammadiyah merupakan
gerakan Islam di Indonesia yang berpaham modern. Adapun kondisi bangsa
Indonesia pada periode awal Muhammadiyah dan usaha-usaha yang dilakukan K.H.
Ahmad Dahlan sebagai berikut:
1. Kondisi
Sosial, Politik dan Ekonomi
Ada 5 gambaran keadaan bangsa Indonesia pada
saat awal Muhammadiyah:
a. Kehidupan
keberagamaan memprihatinkan, dalam kepercayaan tercampur khurafat, bid’ah dan
Taqlid.
b. Pendidikan
terbelakang, anak yang sekolah hanya anak bangsawan dan orang berpangkat.
c. Anak-anak muda
kurang mendapat perhatian.
d. Perekonomian lemah,
bangsa Indonesia menjadi bangsa yang terjajah.
e. Kegiatan Nasranisasi
sangat menonjol, dakwah sangat lemah, umat Islam menjadi umat kelas bawah.
2. Usaha-Usaha
K.H. Ahmad Dahlan
a. Peningkatan kualitas
keislaman bangsa Indonesia.
b. Peningkatan
pendidikan dengan mendirikan macam-macam sekolah.
c. Peningkatan martabat
wanita.
d. Persatuan umat Islam
Indonesia dengan mengadakan silaturrahim dengan para pemimpin Islam.
e. Membentuk organisasi
Muhammadiyah.
f.
Mendirikan kepanduan Hizbul wathan.
g. Menerbitkan majalah
Suara Muhammadiyah.
h. Menggerakan
tabligh Islam.
i.
Membantu fakir miskin dengan memelihara dan menyantuni.
Menganjurkan hidup sederhana, terutama dalam pesta perkawinan
(walimatul ursy)
Muhammad bin Abdul Wahhab kalo gak salah muncul di Maroko bukan diArab tapi saya masih kurang tau dulu Maroko termasuk Arab atau bukan yg jelas syekh Muhammad bin Abdul Wahhab lah yg menerapkan ajaran memurnikan tauhid di arab dan Ndak pernah saya dengar ada gerakan Wahabi yg didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab di Arab itu hanya hoax
ReplyDeletePenjelasan ustadz Khalid Basalamah
Ustadz Adi Hidayat
Ustadz Abdul Somad
Habib Rizieq Syihab
Penjelasan mereklah yang saya pakai dan semuanya berdasarkan bukti yang ada
Jazakallah khairan
Syukron jazzakallahu khairon..
DeleteIya, benar, bahwa syeikh muhammad bin abdul wahab tidak mendirikan wahabi, tepi orang menamakan pengikut beliau rahimmahullah dengan sebutan wahabi, walaupun sy sndri blm nemu siapa n bagaimana silsilah penamaan wahabi tsb..
Maaf saya akan menceritakan yang benar kita tau bahwa negara maupun golongan yang paling benci Arab Saudi adalah iran(sekali lagi ana tidak menuduh Iran keseluruhannya) tapi kita tau pusat aliran Syiah itu disana dan syiah benci Sunni termasuk Arab Saudi dibenci mereka kita tahu bahwa banyak sekali melakukan permainan mereka untuk memecah belah umat Islam tapi dengan izin Allah semua permainan tersebut digagalkan,termasuk kejadian pada tahun 1999, yaitu negara Amerika serikat mengeluarkan keputusan bahwa setiap yang berjenggot,cingkrang,cadar adalah teroris dan tuduhan tersebut dibongkar oleh DR.zakir naik bahwa semua keputusan tersebut tidaklah mendasar dan dibantah oleh beliau dalam debat, karena mereka gagal dalam rencana mereka ,mereka dan Iran(syiah) bekerja sama ujar ustadz Zulkifli, yang tadinya orang berjenggot cingkrang bercadar dibilang mereka teroris sekarang berubah menjadi Wahabidan kita pakai logika kita,mana tuduhan teroris yang mereka omongkan dulu kenapa berubah jadi Wahabi (ujar ulama Kairo)nah dari sini kita tahu bahwa asal muasal penggunaan kata Wahabi,dari Syiah lalu ke Amerika dan negara-negara Eropa lainnya tapi yang jelas kita mendalami ilmu Islam sesuai Al Qur'an dan Sunnah
ReplyDeleteJazakallah khairan