Sunday 29 July 2018

ARTI KEMUHAMMADIYAHAN

ARTI KEMUHAMMADIYAHAN
A.     Pengertian Pendidikan Kemuhammadiyahan
Pendidikan Kemuhammadiyahan adalah salah satu mata pelajaran pokok di semua lembaga pendidikan Muhammadiyah. Dari pendidikan dasar, menengah, hingga perguruan tinggi di bawah persyarikatan Muhammadiyah.  Semua tingkatan pendidikan tersebut wajib melaksanakan pendidikan Kemuhammadiyahan. Saat ini secara normatif telah disusun rumusannya dalam bentuk bahan ajar Al Islam dan Kemuhammadiyahan.

B.      Maksud, Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Kemuhammadiyahan
1.   Maksud Pendidikan Kemuhammadiyahan
Maksud pendidikan Kemuhammadiyah adalah sebagai sarana untuk penyampaian pendidikan Muhammadiyah. Pentingnya pendidikan di masa depan menuntut Muhammadiyah untuk menjawab ketertinggalannya selama ini di bidang pendidikan. Salah satunya dengan melakukan penyempurnaan kurikulum Al Islam dan Kemuhammadiyahan.

2.   Tujuan Pendidikan Kemuhammadiyahan
Kemuhammadiyahan dijadikan pelajaran pokok dengan tujuan agar dapat diamati, dipahami dan dihayati oleh setiap peserta didik. Selain itu diharapkan agar kelak peserta didik bersedia dengan suka rela mengamalkan berbagai prinsip keyakinan dan cita-cita persyarikatan Muhammadiyah. Harapan tersebut sekiranya tidak berlebihan karena ada beberapa alasan antara lain sebagai berikut:
a.     Muhammadiyah memerlukan Penerus Keyakinan, Cita-Cita dan Amal Usahanya
Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang oleh masyarakat luas dikenal sebagai organisasi Islam yang bertaraf nasional. Muhammadiyah juga sebagai gerakan yang memiliki amal usaha begitu banyak dan beragam. Amal usaha Muhammadiyah meliputi bidang keagamaan, kemasyarakatan, kesehatan dan pendidikan. Muhammadiyah perlu menyadari sepenuhnya bahwa untuk meneruskan gerakan atau amal usaha tersebut mutlak diperlukan kader penerus. Persyarikatan ini membutuhkan kader penerus yang berkualitas dan penuh pengabdian. Selain itu memahami arah dan tujuan misi yang diemban oleh Muhammadiyah. Oleh karena itu, salah satu fungsi lembaga pendidikan Muhammadiyah adalah sebagai lembaga pembibitan kader.
Lembaga pendidkan Muhammadiyah juga berperan sebagai lembaga penyemai kader Muhammadiyah disamping kader umat dan kader bangsa. Mengingat peranan tersebut, maka peserta didik di lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah senantiasa dikenalkan, dilatih serta diajak menghayati cita-cita agung Muhammadiyah. Adapun cita-citanya yaitu li i’laai kalimaatillaah, menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam serta demi tercapainya ‘Izzul Islaam Wal Muslimiin.

b.     Muhammadiyah perlu Dikenal oleh Angkatan Muda Muhammadiyah
Diajarkannya mata pelajaran Kemuhammadiyahan, sekurang-kurangnya angkatan muda Indonesia dapat mengenal apa Muhammadiyah. Terutama mereka yang memasuki jalur pendidikan formal di lembaga pendidikan Muhammadiyah. Selain itu mengenal peranannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan adanya mata pelajaran tersebut generasi Muda Indonesia dapat mengetahui secara obyektif tentang persyarikatan Muhammadiyah. Bahwa persyarikatan tersebut merupakan sebuah gerakan Islam yang tersebar di Indonesia dan telah berjasa ikut serta membangun bangsa Indonesia. Muhammadiyah telah menyumbangkan andilnya kepada bangsa Indonesia dengan putera puteri terbaiknya ikut berjuang di kancah perjuangan kemerdekaan dan mengisinya hingga sekarang.

3.   Ruang Lingkup Pendidikan Kemuhammadiyahan
Ruang lingkup dari pendidikan Kemuhammadiyahan adalah segala hal yang berhubungan dengan persyarikatan Muhammadiyah. Di dalamnya memuat segala aspek tentang seluk beluk Muhammadiyah, yaitu aspek sejarah berdirinya, organisasi, perjuangan, amal usaha dan tokoh pemimpinnya. Semua dipelajari secara bulat, menyeluruh ddan integral tentang Muhammadiyah. Ada 3 metode pendekatan yang digunakan untuk mempelajari Muhammadiyah dalam pendidikan Kemuhammadiyahan, antara lain sebagai berikut:
a.     Pendekatan Historis
Aspek pertama yang digunakan dalam mempelajari Muhammadiyah melalui pendekatan historis/sejarah. Pendekatan ini berarti mempelajari latar belakang berdirinya, sejarah perkembangannya, berbagai amal usahanya dan hasil-hasil yang telah dicapai dan sekaligus mempelajari cirri-ciri khas yang melekat pada jati diri Muhammadiyah. Ciri tersebut yang membedakan dengan gerakan-gerakan lainnya yang tumbuh dan berkembang di Indonesia maupun yang ada di alam Islami (Dunia Islam).

b.     Pendekatan Ideologis
Aspek kedua adalah melalui pendekatan ideologis/dari segi keyakinan dan cita-citanya. Pendekatan ini yang paling penting sebab melalui keyakinan akan dikenal hakikat jati diri Muhammadiyah yang sebenar-benarnya. Dapat dikenal juga isi dan jiwa Muhamadiyah yang sesungguhnya, dikenal watak dan kepribadiannya. Dikenal dorongan-dorongan yang menggerakkan seluruh aktiivitas Muhammadiyah, dikenal juga apa yang menjadi pandangan/keyakinan hidupnya serta cita-cita perjuangannya.
Dalam pendekatan ini ada 3 materi yang harus dikaji dan dibahas secara mendalam, yaitu Kepribadian Muhammadiyah, Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah.

c.     Pendekatan Struktural
Maksudnya adalah pendelatan dari segi susunan organisasinya. Mempelajari organisasi Muhammadiyah untuk mengetahui bagaimana Muhammadiyah melancarkan amal usahanya dengan system organisasi.



Bagaimana Muhammadiyah menyusun tenaga manusia yang ada di dalamnya mengatur tugas, cara-cara pengerahan dan pengarahan aktivitasnya. Jalinan hubungan dan usaha pengerahan serta fasilitas yang semuanya diatur secara rapi dan tertib sehingga gerakannya lincah, dinamis dan luwes. Sekaligus dengan pendekatan ini pula akan dikenal Khittah Perjuangan Muhammadiyah atau strategi dasar perjuangan Muhammadiyah.

C.    Janji Pelajar Muhammadiyah
Ada 6 janji pelajar Muhammadiyah yang harus dijunjung dan diamalkan. Adapun isi janji pelajar Muhammadiyah sebagai berikut:
Asyhadu An Laa Ilaaha illallaahu Wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasuulullaahu
Kami Pelajar Muhammadiyah berjanji:
   
1. Berjuang menegakkan ajaran agama Islam
Pelajar Muhammadiyah sudah semestinya mengutamakan perintah agama Islam dalam setiap aktivitas-nya. Pelajar Muhammadiyah harus berperan serta dalam menyempurnakan akhlaq mulia dan penguatan ke-Islam-an, terutama dalam pengkajian Al-Qur’an di kalangan pelajar, diantaranya dengan gerakan membaca dan mengkaji Al-Qur’an.
2. Hormat dan Patuh kepada orang tua dan guru
Seorang pelajar Muhammadiyah harus siap sedia dan selalu menjaga tata karma dalam hubungan sosialisasi dengan orang tua dan guru. Pelajar Muhammadiyah hendaknya menumbuhkan sikap
khusnudzan dan tsiqah kepada orang tua dan guru atas perintah dan larangannya, selama tidak melanggar aturan dari Allah dan Rasul-Nya.
3. Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu
Seorang pelajar Muhammadiyah semestinya memiliki komitmen yang tinggi dalam menuntut ilmu. Karena menuntut ilmu adalah perintah agama. Karena dengan ilmu manusia dapat meraih dunia dan meraih akhirat. Kedalaman ilmu akan menghasilkan sikap kritis dan terbuka dengan akal sehat. Hal ini menjadi kesatuan antara ilmu , amal, dan iman.
4. Bekerja keras, mandiri dan berprestasi
Pelajar Muhammadiyah harus memiliki semangat untuk meningkatkan kapasitasnya dengan bekerja keras dalam setiap hal. Bersungguh-sungguh. Berjihad. Sikap ini akan menghasilkan sikap mandiri, menjauhkan diri dari ketergantungan kepada makhluk. Dan pada akhirnya dengan berjihad, akan menghasilkan prestasi.
5. Rela berkoban dan menolong sesama
Dalam setiap aktivitasnya seorang pelajar Muhammadiyah harus siap rela berkorban dan menolong makhluk Allah SWT. Pelajar Muhammadiyah semestinya jadi manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain, sehingga menjadi sebaik-baik manusia.
6. Siap menjadi kader Muhammadiyah dan Bangsa
Pelajar Muhammadiyah pada akhirnya diharapkan menjadi pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah. Kemudian menjadi rakyat yang siap melakukan pembaharuan dan pembangunan masyarakat dan bangsa.

Thursday 12 July 2018


MUHAMMADIYAH DARI MASA KE MASA


A.   Muhammadiyah Periode Sebelum Kemerdekaan (Masa Penjajahan Belanda) Tahun 1912 - 1942
Sejak didirikan K.H. Ahmad Dahlan tahun 1912, Muhammadiyah telah melewati berbagai peristiwa sejarah, seperti pemilu tahun 1955 yang banyak diwarnai partai-partai Islam. Keberadaan partai Masumi, didukung oleh organisasi-organisai Islam termasuk Muhammadiyah. Tokoh-tokoh Muhammadiyah seperti Ki Bagus Hadi Kusuma, Buya HAMKA, K.H. Faqih Usman, Prof. K.H. Kahar Muzakkir, K.H. Hasan Basri aktif falam Masyumi. Peristiwa tersebut salah satu potret perjalanan Muhammadiyah pada masa awal setelah kemerdekaan.
Berdirinya Muhammadiyah diawalai dengan pendirian sekolah oleh K.H. Ahmad Dahlan yang mengajarkan agama Islam dan pengetahuan biasa. Lalu ada organisasi pendukungnya yang dibantu oleh para pengurus Budi Utomo cabang Yogyakarta. Nama organisasi yang dipilih adalah “Muhammadiyah”.
Untuk menyusun AAnggaran Dasar Muhammadiyah banyak mendapat bantuan daro R. Sosrosugondo guru Bahasa MelayuKweekschool Budi Utomo, rumusannya dibuat dalam bahasa Belanda dan Melayu. Kesepakatan bulat pendirian Muhammadiyah tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H). Proses permintaan pengakuan kepada pemerintah sebagai badan hukum diusahakan oleh Budi Utomo cabang Yogyakarta.
Pada tanggal 20 Desember 1912 diajukan surat permohonan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Surat tersebut berisi agar persyarikatan mempunyai izin resmi dan diakui sebagai badan hukum dengan wilayah se-Jawa – Madura. Surat tersebut juga dilampiri rancangan statuen atau anggaran dasarnya. Namun, pemerintah Hindia Belanda sangat berhati-hati menanggapinya. Oleh karena itu, Gubernur Jenderal lalu mengirim surat permintaan pertimbangan kepada empat pejabat: Direktur Van Justite, Adviseur Voor Indlandsche Zaken, Residen Yogyakarta dan Sri Sultan Hamengkubuwono VI.
Surat untuk Sri Sultan dari Residen Yogkarta diteruskan kepada Rijksbestuurder (Pepatih Dalem Sri Sultan). Oleh karena surat tersebut mengenai urusan agama maka diteruskan kepadaHoofd Penghulu, waktu itu Penghulu dijabat H. Muhammad Khalil Kamaludiningrat.
Residen Yogyakarta Liefrinck pada 21 April 1913 menyurati Gubernur Jenderal bahwa Ia menyetujui permohonan Muhammadiyah. Namun dengan catatan kata “Jawa dan Madura” diganti dengan “Residentie Yogyakarta”, daerah kelahirannya.
Gubernur  Jenderal Idenburg meminta HoodbestuurMuhammadiyah untuk mengubah kata-kata “Jawa dan Madura” menjadi Residentie Yogyakarta. Tertera dalam statuen artikel 2, 4 dan 7.


Hal ini dipenuhi setelah rapat anggota tanggal 15 Juni 1914. Demikianlah proses surat menyurat selama 20 bulan dengan pemerintah Hindia Belanda, akhirnya Muhammadiyah diakui sebagai badan hukum resmi. Tertuang dalam Gouvernement Besluittanggal 22 Agustus 1914 No. 81 beserta lampiran statuennya.
Sejak resmi diakui itu, 4 pemimpin Muhammadiyah yang tampil menjadi pemimpin selama periode 1912 – 19142, sebagai berikut:
1.   Periode K.H. Ahmda Dahlan (1912 – 1923)
Merupakan masa perintisan, pembentukan jiwa dan amal usaha organisasi Muhammadiyah yang mendapat kedudukan terhormat pemerintah karena pergerakan Islam yang modern.
2.   Periode K.H. Ibrahim (1923 – 1932)
K.H. Ibrahim adalah adik Nyai Walidah/Nyai Ahmad Dahlan. Beliau adalah adik ipar K.H. Ahmad Dahlan, merupakan ulama pondok pesantren tidak pernah mengenyam pendidikan model barat. Pada masa ini Muhammadiyah makin berkembang dan meluas hingga luar Jawa. Lalu terbentuk Majelis Tarjih, mengadakan penelitian pengembangan hukum-hukum agama. Para pemuda mendapat bentuk organisasi yang nyata. Beridiri Nasyiyatul Aisyiyah dan Pemuda Muhammadiyah.
3.   Periode K.H. Hisyam (1932 – 1936)
Bidang pendidikan mendapat perhatian yang besar. Diadakan juga penertiban dan pemantaban administrasi organisasi, jadi Muhammadiyah lebih kuat dan lincah.
4.   Periode K.H. Mas Mansur (1936 – 1942)
Pengukuhan kembali hidup beragama dan penegasan paham agama dalam Muhammadiyah. Wujudnya pengaktifan Majelis Tarjih yang mampu merumuskan “Masalah Lima” mengenai dunia, agama, qiyas, sabilillah dan ibadah. Dan disusun pula “Langkah Dua Belas”:
a.     Memperdalam masuknya Iman.
b.     Memperbuahkan paham agama.
c.     Memperbuahkan budi pekerti.
d.     Menuntun amal intiqad.
e.     Menguatkan persatuan.
f.        Menegakkan keadilan.
g.     Melakukan kebijaksanaan.
h.      Menguatkan Majelis Tanwir.
i.         Mengadakan konferensi bagian.
j.         Mempermusyawaratkan putusan.
k.      Mengawasi gerakan jalan.
l.         Mempersambungkan gerakan luar.

B.    Muhammadiyah Periode Sebelum Kemerdekaan (Masa Penjajahan Jepang) Tahun 1942 - 1945
Jepang memberi ruang gerak yang sempit terhadap Muhammadiyah. Ki Bagus Hadikusumo mampu mempertahankan misi pergerakan Muhammadiyah. Periodenya tahun 1942 – 1953, kondisi politik masih masa transisi Belanda ke Jepang.
Tahun 1944 Muhammadiyah mengadakan Muktamar  darurat di Yogyakarta. Di masa pendudukan Jepang yang Fasis, Ki Bagus Hadikusumo selain memimpin Muhammadiyah juga digunakan untuk memikirkan nasib bangsa.


Beliau dengan gigih menentang instruksi “Sei Kerei” dari Jepang. Sei Kerei adalah membungkukkan badan ke arah timur (Negeri Jepang) menghormati Dewa Matahari, sebagai “Dewa penitis para Kaisar Jepang”. Upacara ini wajib dilakukan para siswa setiap pagi.
Selaku Ketua PP Muhammadiyah, terpanggil menyelamatkan generasi Muslim Indonesia dari syirik itu.
Melalui debat yang seru dengan Pemerintah Jepang,  akhirnya pemerintah Jepang memberikan dispensasi. Khusus bagi semua sekolah Muhammadiyah untuk tidak melakukan
upacara Sei Kerei. Ki Bagus Hadikusumo juga tercatat sebagai anggota Chuo Sangiin (Dewan Penasehat Pusat) buatan Jepang.

C.  Muhammadiyah Periode Kemerdekaan Sampai Orde Lama (1945 – 1968)
1.     Periode Ki Bagus Hadikusumo (1942 – 1953)
Di awal kemerdekaan NKRI, Muhammadiyah ikut aktif dalam perjuangan. Terjun dalam kancah revolusi di berbagai laskar kerakyatan hingga tahun 1953. Kegiatan-kegiatan keorganisasiannya antara lain:
a.     Tahun 1946 mengadakan silaturrahim cabang-cabang se-Jawa.
b.     Tahun 1950 mengadakah sidang Tanwir perwakilan.
c.     Tahun 1951 sidang Tanwir di Yogyakarta.
d.     Tahun 1952 mengadakah sidang Tanwir di Bandung
e.     Tahun 1953 mengadakah sidang Tanwir di Solo dengan keputusan Muhammadiyah hanya boleh memasuki partai yang berdasarkan Islam.
2.     Periode A. R. Sutan Mansyur (1952 – 1959)
A. R. Sutan Mansyur dipilih sebagai Ketua Muhammadiyah pada Muktamar Muhammadiyah ke-32 di Purwokerto meskipun tidak termasuk Sembilan Terpliih. 9 terpilih itu adalah H.M.Yunus Anies, H.M. Farid Ma’ruf, Hamka, K.H. Ahmad Badawi, K.H. Fakih Usman, Kasman Singodimejo, DR. Syamsudin, A. Kahar Muzakir dan Muljadi Djojomartono.
            Masa ini “ruh Tauhid” ditanamkan kembali. Disusun langkah kurun waktu tertentu, yang pertama tahun 1956 – 1959 yang dikenal dengan nama Khittah Palembang.
3.     Periode H.M. Yunus Anies (1959 – 1962)
Negara Indonesia sedang dalam kegoncangan politik yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi gerak perjuangan Muhammadiyah.
Tetapi Muhammadiyah mampu merumuskan Kepribadian Muhammadiyah yang menempatkan kembali kedudukan Muhammadiyah sebagai gerakan Dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar.
4.     Periode K.H. Ahmad Badawi (1962 – 1968)
K.H. Ahmad Badawi dipilih dalam Muktamar ke-35 di Jakarta tahun 1962. Muhammadiyah berjuang keras untuk mempertahankan eksistensinya agar tidak dibubarkan. Karena waktu itu politik dikuasai oleh PKI dan Bung Karno tahun 1965.
Pada saat itu seluruh barisan Orde Baru termasuk Muhammadiyah ikut tampil memberantas Komunis.

D.   Muhammadiyah Periode Orde Baru sampai Orde Reformasi
Periode ini merupakan rentang waktu 1968 – 2000, yang tampil sejumlah pemimpin karismatik. Ada 5 orang yang silih berganti memegang pucuk pimpinan Muhammadiyah:
1.      Periode K.H. Fakih Usman dan K.H. A.R. Fakhrudin (1968 – 1971)
K.H. Fakih Usman dipilih Ketua Muhammadiyah pada Muktamar ke-37 di Yogyakarta. Tidak lama kemudian meninggal, lalu diganti K.H. A.R. Fakhrudin (nama lengkapnya K.H. Abdul Razak Fakhrudin)

Usaha me-Muhammadiyahkan kembali Muhammadiyah. Usaha untuk mengadakan pembaruan (tajdid) dalam bidang ideologinya, dengan merumuskan “Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah”. Di bidang organisasi dan usaha perjuangan menyusun “Khittah Perjuangan dan Bidang-bidang lainnya”.
2.      Periode K.H. A.R. Fakhrudin (1971 – 1990)
Beliau dipilih sebagai Ketua Muhammadiyah ditetapkan dalam tanwir Ponorogo tahun 1969. Dalam Muktamar Muhammadiyah ke-38 di Ujung Pandang tahun 1971, muktamar ke-40 tahun 1978 di Surabaya dan ke-41 tahun 1985 di Surakarta.
Terjadi krisis yaitu keharusan untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas. Muhammadiyah mengatasi imbauan dari pemerintah tentang asas tunggal pancasila dengan mengadakan perubahan AD Muhammadiyah dengan menetapkan Pancasila sebagai asas organisasi.
Pada masa itu juga terjadi peristiwa penting adalah kunjungan Paus Yohanes Paulus II. Sebagai reaksi atas kunjungan itu beliau mengeluarkan buku ”Mangayubagya Sugeng Rawuh lan Sugeng Kondur”. Isinya adalah bahwa Indonesia adalah negara yang penduduknya sudah beragama Islam jadi jangan rakyat menjadi obyek Kristenisasi.
3.      Periode K.H. Ahmad Azhar Basyir, M.A. (1990 – 1995)
Didominasi oleh kaum intelektual produk Muhammadiyah. K.H. Ahmad Azhar Basyir, M.A. alumnus Universitas Al Azhar dan pakar dalam bidang hukum Islam. Pada muktamar Muhammadiyah ke-42 di Yogyakarta menjadi ketua PP Muhammadiyah.
Pada periode ini telah dirumuskan program jangka panjang 25 tahun, yang meliputi 3 hal: bidang konsolidasi gerakan, pengkajian dan pengembangan serta kemasyarakatan.
4.      Periode Prof. Dr. H.M. Amien Rais, M.A. dan Prof. Dr. H.A. Syafi’i Maarif, M.A. (1995 – 2000)
Tokoh reformasi Indonesia ini, lahir di Surakarta, 26 April 1944. Di Muhammadiyah sejak muktamar tahun 1985 di Surakarta yang menjabat sebagai ketua majelis tabligh Muhammadiyah. Dipilih menjadi wakil ketua PP Muhammadiyah pad Muktamar ke-42 tahun 1990 di Yogyakarta. Tahun 1994 dipilih menjadi Ketua hingga akhir periode 1990 – 1995. 1995 pada Muktamar ke-43 di Banda Aceh kembali menjadi Ketua PP Muhammadiyah periode 1995 – 2000.
Pada periode Prof. Dr. H.M. Amien Rais, M.A. telah dirumuskan program Muhammadiyah tahun 1995 – 2000, Rumusannya mengacu kepada masalah global, dunia Islam, nasional, Muhammadiyah, dan pengembangan pemikiran. Adapun pengembangan pemikiran terdiri atas pemikiran keagamaan, ilmu dan teknologi, basis ekonomi, gerakan social kemasyarakatan, dan PTM sebagai basis gerakan keilmuan atau pemikiran.
5.      Periode Prof. Dr. H.A. Syafi’i Maarif, M.A.
Hasil Muktamar ke-44 di Jakarta tahun 2000 Prof. Dr. H.A. Syafi’i Maarif, M.A. terplih menjadi ketua PP Muhammadiyah. Beliau seorang guru besar Ilmu Sejarah di IKIP Yogyakarta. Lahir di Sumpurkudus Sumatera Barat tanggal 31 Mei 1935.
Program kerja masa periode 2000 – 2005 secara garis besar adalah melanjutkan program Muhammadiyah sebelumnya, secara ringkas dirumuskan:
1.      Visi, Misi dan Usaha Muhammadiyah.
2.      Program Muhammadiyah yang meliputi Program Konsolidasi Gerakan dan Program Per Bidang.



E.     Muhammadiyah Paska Muktamar ke-45 di Malang 2005
Prof. Dr. Din Syamsudin terpilin sebagai ketua PP Muhammadiyah periode 2005 – 2010 pada Muktamar Muhammadiyah ke-45 di Malang tahun 2005 yang dilaksanakn 3 – 8 Juli 2005.
Dalam muktamar ini telah ditanfidzkan putusan-putusan, sebagai berikut:
1.   Menerima laporan PP Muhammadiyah masa jabatan 2000 – 2005.
2.   Pernyartaan pikiran Muhammadiyah jelang Satu Abad.
3.   Program persyarikatan periode 2005 – 2010.
4.   Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
5.   Rekomendasi Anggaran Dasar Muhammadiyah.
Adapun program persyarikatan Muhammadiyah periode ini, sebagai berikut:
1.   Gambaran Umum Program
Merupakan penjabaran program jangka panjang untuk 5 tahun pertama masa berlakunya program jangka panjang. Sebagai program kerja 5 tahunan tahap I, program Nasional Muhammadiyah 2005 – 2010 menitikberatkan pada 3 hal utama: penguatan organisasi, pemantapan perencanaan dan pengembangan konsistensi serta kesungguhan jajaran persyarikatan untuk merealisasikan program kerja.
2.   Tujuan Program
Terbangunnya sistem organisasi yang dinamis, efektif dan efisien serta produktif sehingga dapat menguatkan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia.
3.   Prioritas
Urutan prioritas dirumuskan sebagai berikut:
a.     Penguatan organisasi di semua hal.
b.     Peningkatan kualitas lembaga dan amal usaha Muhammadiyah.
c.     Pengembangan tajdid di bidang tarjih dan pemikiran Islam.
d.     Peningkatan peran serta persyarikatan dalam penguatan masyarakat.
e.     Pengembangan kaderisasi.
f.        Peningkatan peran Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan negara serta percaturan global.
4.   Program Nasional di Berbagai Bidang
a.     Tarjih, Tajdid dan pemikiran Islam.
b.     Tabligh dan Kehidupan Islami.
c.     Pendidikan, Iptek dan Litbang.
d.     Kaderisasi.
e.     Kesehatan, kesejahteraan dan pemberdayaan Masyarakat.
f.        Wakaf, ZIS (Zakat, Infaq dan Shodaqah) dan Pemberdayaan Ekonomi.
g.     Partisipasi kehidupan berbangsa dan bernegara.
h.      Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan Hidup.
i.         Organisasi.
j.         Pustaka dan Informasi.
k.      Seni Budaya.
l.         Ukhuwah dan kerja sama